BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Di
era globalisasi sekarang, dunia semakin sempit. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi semakin pesat yang menimbulkan berbagai dampak dalam seluruh bidang
kehidupan manusia. Baik dampak yang bernilai positif maupun negatif. Dalam hal
ini pendidikan mempunyai peranan dalam membangun bangsa ke depan untuk mencapai
kemakmuran dan kesejahteraan hidup yang merata.
Dalam menghadapi kemajuan tersebut secepatnya
bangsa Indonesia harus meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan
tidak perlu menunda-nunda lagi. Karena dengan SDM yang berkualitas bangsa
Indonesia akan mampu mengikuti kemajuan tersebut. SDM yang berkualitas adalah
berkembangnya manusia secara menyeluruh. Manusia yang berkualitas adalah
manusia yang berkembang optimal baik secara fisik, kognitif, emosi, sosial
maupun spiritual.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
manfaat mempelajari akhidah akhlak ?
2. Apakah
urgensi pembelajaran akhlak ?
3. Metode
apa saja kah ketika mempelajari akhidah
akhlak?
C. Adapun
tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk
mengetahui urgensi pembelajaran akhlak”
2. Sebagai
nilai tambah mata kuliah.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Ruang
Lingkup dan manfaat pembelajaran akhlak
Dari
sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim mashdar (bentuk infinitive),
akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan (wazan)
t’sulasimajidaf’’ala, yuf’ilu, if’alan yang berarti al-sajiyah (perangai)b,
ath-thabi’ah (kelakuan, tabiat, watak daasar), al-‘adat (kebiasaan, kelaziman),
al-sin (agama).
Linguistic akhlak merupakan
isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata,
melainkan kata tersebut memang sudah demikian adanya. Kata akhlak adalah jamak
dari kata khilqun atau khuluqun yang artinya sama dengan arti akhlak
sebagaimana telah disebutkan diatas. Baik kata akhlaq atau khulqun kedua-duanya
dijumpai pemakaiannya baik dalam al-quran mau
pun dalam hadist,
sebagaiberikut :
“ Dan sesungguhnya
kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (Q.S.Al-Qalam,
68:4)
(Agama kami) ini tidak lain
hanyalah adat kebiasaan yang dahulu (Q.S.Al-Asyura, 26:137)
Orang mukmin yang paling
sempurna keimanannya adalah orang yang sempurna
budipekertinya (H.R.Tirmidzi)
Dengan
demikian merujuk kepada ayat diatas kata akhlak atauk hulqun secara kebahasan
berarti budi pekerti, adat kebisaan, atau perangai muru’ah atau segala sesuatu
yang sudah menjaditabiat.
Keseluruhan definisi akhlak
tersebut diatas tampak tidak ada yang bertentangan, melainkan memiliki
kemiripan. Definisi-definisi akhlak tersebut secara substansi saling
tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapatmelihat lima ciri yang
terdapatdalamperbuatanakhlak, yaitu :
Pertama, perbuatan akhlak
adalah perbuatan yang telah tertanam kuatdalam jiwa seseorang, sehingga telah
menjadi kepribadiannya. Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang
dilakuakan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat
melakukan perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang
ingatan, tidur atau gila. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan oleh
orang yang sehat akal pikirannya. Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah
perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada
paksaan atau tekanan dari luar. Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah
perbutaan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena
bersandiwara. Kelima, sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak
(khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas
semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji atau karena ingin
mendapatkan sesuatu pujian.
Pokok-pokok masalah yang
dibahas dalam ilmua khlak pada intinya adalah perbuatan manusia. Perbuatan
tersebut selanjutnya ditentukan kriterianya apakah baik atau buruk. Dalam
hubungan ini Ahmad Amin mengatakansebagaiberikut :
Bahwa objek ilmu akhlak
adalah membahas perbuatanmanusia yang selanjutnya perbuatan tersebut ditentukan
baik atau buruk.
Seseorang
yang memmpelajari ilmu ini akan memiliki pengetahuan tentang criteria perbuatan
baik dan buruk, dan selanjutnya ia akan banyak mengetahui perbuatan yang baik
dan perbuatan yang buruk.
Ilmua akhlak atau akhlak
yang mulia juga berguna dalam mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas
kehidupan manusia disegala bidang. Seseorang yang memiliki IPTEK yang maju
di
sertai
akhlak yang mulia, niscaya
ilmu
pengetahuaan yang Ia miliki
itu akan di manfaatkan sebaik-baiknya untuk kebaikan hidup
manusia. Sebaliknya, orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi modern,
memiliki pangkat, harta, kekuasaan, namun tidak disertai dengan akhlak yang
mulia, maka semuanya itu akan disalah gunakan yang akibatnya akan menimbulkan bencana di
muka bumi.
Demikian
juga dengan mengetahui akhlak yang buruk serta bahaya-bahaya yang akan
ditimbulkan darinya, menyebabkan orang enggan untuk melakukannya dan berusaha
menjauhinya. Orang yang
demikian pada akhirnya akan terhindar dari berbagai perbuatan yang dapat
membahyakan dirinya.
Ilmu Akhlak bertujuan untuk
memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang
baik atau yang buruk. Terhadap perbuatan yang baik ia beruasaha melakukannya,
dan terhadap yang buruk ia berusaha untuk menghindarinya.
B. Urgensi
Pembelajaran Akhlak
salah
satu misi pendidikan nasional adalah meningkatkan keprofesionalan dan
akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan,
keterampilan, pengalaman, , sikap dan nilai berdasarkan standar yang bersifat
nasional dan global.
Mata
pelajaran Aqidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran yang terbentuk dari
manifestasi pembangunan batiniah yang berhubungan dengan moral, akhidah maupun
ibadah. Mata pelajaran ini dipandang sebagai salah satu mata pelajaran yang
baik untuk menyebarkan, mengenalkan, menanamkan dan mendalami nilai-nilai
religius, terutama mereka yang beragama Islam.
Oleh
sebab itu fungsi dari lembaga pendidikan adalah mencetak siswa – siswi yang
mempunyai akhlakul karimah sesuai dengan misi pendidikan nasional. Dengan
ditunjang materi aqidah akhlak yang mengandung nilai – nilai aqidah dan akhlak
sehingga bisa memajukan pendidkan indonesia, Karena pada saat ini kemerosotan
moral bangsa indonesia dan tingkat korupsi yang semakin tinggi itu disebabkan
karena akhlak bangsa indonesia dari hari kehari semakin merosot.
Arah
pembangunan nasional Indonesia adalah merupakan pembangunan manusia seutuhnya
dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan tersebut tidak hanya
terfokus pada pembangunan yang bersifat fisik saja, tetapi yang tidak boleh
dilupakan adalah juga pembangunan psikologis manusianya.
didalam
mata pelajaran aqidah akhlak terdapat beberapa muatan tentang aklak, yaitu
tentang membiasakan berperilaku dengan sifat –sifat terpuji, membiasakan
menghindari sifat – sifat tercela dan bagaimana cara bertatakarama yang baik.[1]
pembelajaran
aqidah akhlak mempunyai peranan penting dalam mewujudkan perilaku anak didik
dalam bergaul disekolah maupun dilingkungan masyarakat. Salah satu contoh bagai
mana sikap seorang siswa kepada bapak/ibu guru ketika berpapasan dijalan, pasti
ketika siswa sudah diajari dengan sifat – sifat terpuji kepada seorang guru
pasti siswa akan mempraktikan apa yang ia dapat dari pelajaran aqidah akhlak
tersebut, tetapi anak didik yang tidak dibekali dengan akhlak-akhlak terpuji
kepada seorang guru maka ia tidak akan mengetahui bagaimana cara menghormati
seorang guru.
C. Metode
Pembelajaran Akhlak
akhlak
bersumber dari dalam diri anak dan dapat juga berasal dari lingkungannya.
Secara umum akhlak bersumber dari dua hal tersebut dapat berbentuk akhlak baik
dan akhlak buruk, tergantung pembiasaannya, kalau anak membiasakan perilaku
buruk, maka akan menjadi akhlak buruk bagi dirinya, sebaliknya anak membiasakan
perbuatan baik, maka akan menjadi akhlak baik bagi dirinya.
Penjelasan
tersebut mengindikasikan bahwa akhlak dapat dipelajari dan diinternalisasikan
dalam diri seseorang melalui pendidikan, di antaranya dengan metode pembiasaan.
Dengan adanya kemungkinan diinternalisasikan nilai-nilai akhlak ke diri anak,
memungkinkan pendidik melakukan pembinaan akhlak.
Jenis
Metode Mendidik Akhlak
Abdurrahman
an-Nahlawi mengatakan metode pendidikan Islam sangat efektif dalam membina
akhlak anak didik, bahkan tidak sekedar itu metode pendidikan Islam memberikan
motivasi sehingga memungkinkan umat Islam mampu menerima petunjuk Allah.
Menurut Abdurrahman an-Nahlawi metode pendidikan Islam adalah metode dialog,
metode kisah Qurani dan Nabawi, metode perumpaan Qurani dan Nabawi, metode
keteladanan, metode aplikasi dan pengamalan, metode ibrah dan nasihat serta
metode targhib dan tarhib.Dari kutipan tersebut
tergambar bahwa Islam mempunyai metode tepat untuk membentuk anak didik
berakhlak mulia sesuai dengan ajaran Islam. dengan metode tersebut memungkinkan
umat Islam/masyarakat Islam mengaplikasikannya dalam dunia pendidikan. Dengan
demikian diharapkan akan mampu memberi kontribusi besar terhadap perbaikan
akhlak anak didik, untuk memperjelas metode-metode tersebut akan di bahas
sebagai berikut:
1.
Metode
Dialog
Metode
dialog adalah metode menggunakan tanya jawab, apakah pembiacaaan antara dua
orang atau lebih, dalam pembicaraan tersebut mempunyai tujuan dan topik
pembicaraan tertentu. Metode dialog berusaha menghubungakan pemikiran seseorang
dengan orang lain, serta mempunyai manfaat bagi pelaku dan pendengarnya.[2] Uraian
tersebut memberi makna bahwa dialog dilakukan oleh seseorang dengan orang lain,
baik mendengar langsung atau melalui bacaan.
2.
Metode
kisah dan Perumpamaan Qurani-Nabawi
Dalam
al-Quran banyak ditemui kisah menceritakan kejadian masa lalu, kisah mempunyai
daya tarik tersendiri yang tujuannnya mendidik akhlak, kisah-kisah para Nabi
dan Rasul sebagai pelajaran berharga. Termasuk kisah umat yang inkar kepada
Allah beserta akibatnya, kisah tentang orang taat dan balasan yang diterimanya.
Seperti cerita Habil dan Qobil,“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera
Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan
korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak
diterima dari yang lain (Qabil). ia Berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”.
Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah Hanya menerima (korban) dari orang-orang
yang bertakwa. Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk
membunuhku, Aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk
membunuhmu. Sesungguhnya Aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.
Sesungguhnya Aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan
dosamu sendiri, Maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian
itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim. Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya
menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, Maka jadilah ia
seorang di antara orang-orang yang merugi.[3]
Metode
mendidik akhlak melalui kisah akan memberi kesempatan bagi anak untuk berfikir,
merasakan, merenungi kisah tersebut, sehingga seolah ia ikut berperan dalam
kisah tersebut. Adanya keterkaitan emosi anak terhadap kisah akan memberi
peluang bagi anak untuk meniru tokoh-tokoh berakhlak baik, dan berusaha
meninggalkan perilaku tokoh-tokoh berakhlak buruk.
Cerita
mengusung dua unsur negatif dan unsur positif, adanya dua unsur tersebut akan
memberi warna dalam diri anak jika tidak ada filter dari para orang tua dan
pendidik. Metode mendidik akhlak melalui cerita/kisah berperan dalam
pembentukan akhlak, moral dan akal anak. [4]Dari
kutipan tersebut dapat diambil pemahaman bahwa cerita/kisah dapat menjadi
metode yang baik dalam rangka membentuk akhlak dan kepribadian anak.
3.
Metode Ibrah dan Mauizah
Dalam
tafsir al-Manar sebagai dikutip oleh Abdurrahman An-Nahlawi
dinyatakan bahwa nasihat mempunyai beberapa bentuk dan konsep penting yaitu,
pemberian nasehat berupa penjelasan mengenai kebenaran dan kepentingan sesuatu
dengan tujuan orang diberi nasehat akan menjauhi maksiat, pemberi nasehat
hendaknya menguraikan nasehat yang dapat menggugah perasaan afeksi dan emosi,
seperti peringatan melalui kematian, peringatan melalui sakit, dan peringatan
melalui hari perhitungan amal. Kemudian dampak yang diharapkan dari metode
mauizah adalah untuk membangkitkan perasaan ketuhanan dalam jiwa anak didik,
membangkitkan keteguhan untuk senantiasa berpegang kepada pemikiran ketuhanan,
perpegang kepada jamaah beriman, terpenting adalah terciptanya pribadi bersih
dan suci.
Dalam
al-Quran menganjurkan kepada manusia untuk mendidik dengan hikmah dan pelajaran
yang baik.“ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Dari
ayat tersebut dapat diambil pokok pemikiran bahwa dalam memberi nasehat
hendaknya dengan baik, kalau pun mereka membantahya maka bantahlah dengan baik.
Sehingga nasehat akan diterima dengan rela tanpa ada unsur terpaksa. Metode
mendidik akhlak anak melalui nasehat sangat membantu terutama dalam penyampaian
materi akhlak mulia kepada anak, sebab tidak semua anak mengetahui dan
mendapatkan konsep akhlak yang benar.
Nasehat
menempati kedudukan tinggi dalam agama karena agama adalah nasehat, hal ini
diungkapkan oleh Nabi Muhammad sampai tiga kali ketika memberi pelajaran kepada
para sahabatnya. Di samping itu pendidik hendaknya memperhatikan cara-cara
menyampaikan dan memberikan nasehat, memberikan nasehat hendaknya disesuaikan
dengan situasi dan kondisi. Pendidik hendaknya selalu sabar dalam menyampaikan
nasehat dan tidak merasa bosan/putus asa.
4. Metode
Pembiasaan dengan Akhlak Terpuji (metode aplikasi dan pengamalan)
Manusia
dilahirkan dalam keadaan suci dan bersih, dalam keadaan seperti ini manusia
akan mudah menerima kebaikan atau keburukan. Karena pada dasarnya manusia
mempunyai potensi untuk menerima kebaikan atau keburukan. Hal ini dijelaskan
Allah, sebagai berikut:” Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka
Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya.
Ayat
tersebut mengindikasikan bahwa manusia mempunyai kesempatan sama untuk
membentuk akhlaknya, apakah dengan pembiasaan yang baik atau dengan pembiasaan
yang buruk. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembiasaan dalam membentuk akhlak
mulia sangat terbuka luas, dan merupakan metode yang tepat. Pembiasaan yang dilakukan
sejak dini/sejak kecil akan membawa kegemaran dan kebiasaan tersebut menjadi
semacam adat kebiasaan sehingga menjadi bagian tidak terpisahkan dari
kepribadiannya. Al-Ghazali mengatakan:
”
Anak adalah amanah orang tuanya. Hatinya yang bersih adalah permata berharga
nan murni, yang kosong dari setiap tulisan dan gambar. Hati itu siap menerima
setiap tulisan dan cenderung pada setiap yang ia inginkan. Oleh karena itu,
jika dibiasakan mengerjakan yang baik, lalu tumbuh di atas kebaikan itu maka
bahagialah ia di dunia dan akhirat, orang tuanya pun mendapat pahala bersama.”
Kutipan
di atas makin memperjelas kedudukan metode pembiasaan bagi perbaikan dan
pembentuakan akhlak melalui pembiasaan, dengan demikian pembiasaan yang
dilakukan sejak dini akan berdampak besar terhadap kepribadian/akhlak anak
ketiak mereka telah dewasa. Sebab pembiasan yang telah dilakukan sejak kecil
akan melekat kuat di ingatan dan menjadi kebiasaan yang tidak dapat dirubah
dengan mudah. Dengan demikian metode pembiasaan sangat baik dalam rangka
mendidik akhlak anak.
5. Metode
Keteladanan
Muhammad
bin Muhammad al-Hamd mengatakan pendidik itu benar di mata anak didiknya, apa
yang dilihat dari gurunya akan ditirunya, karena murid akan meniru dan
meneladani apa yang dilihat dari gurunya. Dengan memperhatikan kutipan di
atas dapat dipahami bahwa keteladanan mempunyai arti penting dalam mendidik
akhlak anak. Keteladanan menjad titik sentral dalam mendidik dan membina akhlak
anak didik; kalau pendidik berakhlak baik ada kemungkinan anak didiknya juga
berakhlak baik, karena murid meniru gurunya, sebaliknya kalau guru berakhlak
buruk ada kemungkinan anak didiknya juga berakhlak buruk.
Dengan
demikian keteladanan menjadi penting dalam pendidikan akhlak, keteladanan akan
menjadi metode ampuh dalam membina akhlak anak. Mengenai hebatnya keteladanan,
Allah mengutus Rasul untuk menjadi teladan yang paling baik, Muhammad adalah
teladan tertinggi sebagai panutan dalam rangka pembinaan akhlak mulai,”
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah.
6. Metode
Targhib dan Tarhib
Targhib adalah
janji yang disertai bujukan dan rayuan untuk menunda kemaslahatan, kelezatan,
dan kenikmatan. Sedangkan tarhib adalah ancaman, intimidasi
melalui hukuman. metode pendidikan akhlak dapat berupa janji/pahala/hadiah dan
dapat juga berupa hukuman. Muhammad Rabbi Muhammad Jauhari menyatakan metode
pemberian hadiah dan hukuman sangat efektif dalam mendidik akhlak terpuji.
Anak
berakhlak baik, atau melakukan kesalehan akan mendapatkan pahala/ganjaran atau
semacam hadian dari gurunya, sedangkan siswa yang melanggar peraturan/berakhlak
jelek akan mendapatkan hukuman setimpal dengan pelanggaran yang dilakukannya.
Dalam al-Quran dinyatakan orang berbuat baik akan mendapatkan pahala,
mendapatkan kehidupan yang baik. ”Barang siapa yang mengerjakan amal saleh,
baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan
kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.”
Berdasarkan
ayat di atas dapat diambil konsep metode pendidikan yaitu metode pemberian
hadiah bagi siswa berprestasi atau berakhlak mulia. Dengan adanya hadiah akan
memberi motivasi siswa untuk terus meningkatkan atau paling tidak
mempertahankan kebaikan akhlak yang telah dimiliki. Di lain pihak, temannya
yang melihat pemberian hadiah akan termotivasi untuk memperbaiki akhlaknya
dengan harapan suatu saat akan mendapatkan kesempatan memperoleh hadiah. Hadiah
diberikan berupa materi, doa, pujian atau yang lainnya.
Muhammad
Jamil Zainu mengatakan,”Seorang guru yang baik, harus memuji muridnya. Jika ia
melihat ada kebaikan pada muridnya, maka jangan segan-segan untuk memujinya
dengan mengatakan: “bagus”, “semoga Allah memberkatimu”, atau dengan ungkapan
“engkau murid yang baik’’.
Sanksi
dalam pendidikan mempunyai arti penting, pendidikan yang terlalu lunak akan
membentuk anak kurang disiplin dan tidak mempunyai keteguhan hati. Sanksi
tersebut dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut, dengan teguran,
kemudian diasingkan, dan terakhir dipukul dalam arti tidak untuk menyakiti
tetapi untuk mendidik. Kemudian dalam menerapkan sanksi fisik hendaknya
dihindari kalau tidak memungkinkan, hindari memukul wajah, memukul sekedarnya
saja dengan tujuan mendidik, bukan balas dendam. Alternatif lain yang mungkin
dapat dilakukan adalah:
- memberi nasehat dan petunjuk.
- Ekspresi cemberut.
- Pembentakan.
- Tidak menghiraukan murid.
- Pencelaan disesuaikan dengan tempat
dan waktu yang sesuai.
- Jongkok.
- Memberi pekerjaan rumah/tugas.
- Menggantungkan cambuk sebagai
simbol.
- Dan alternatif terakhir adalah pukulan
ringan.
Dalam
memberi sanksi hendaknya dengan cara bertahap, dalam arti diusahakan, dengan
tahapan paling ringan. Di antara tahapan ancaman dalam al-Quran adalah diancam
dengan tidak diridhoi oleh Allah, diancam dengan murka Allah secara nyata,
diancam dengan diperangi oleh Allah dan Rasul-Nya, diancam dengan sanksi
akhirat, diancam dengan sanksi dunia.dalam melaksanakan hukuman dituntut
berdasarkan tahapan-tahapan, sehingga ada rasa keadilan dan proses sesuai
prosedur hukuman.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
salah
satu misi pendidikan nasional adalah meningkatkan keprofesionalan dan
akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan,
keterampilan, pengalaman, , sikap dan nilai berdasarkan standar yang bersifat
nasional dan global.
Mata
pelajaran Aqidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran yang terbentuk dari
manifestasi pembangunan batiniah yang berhubungan dengan moral, akhidah maupun
ibadah. Mata pelajaran ini dipandang sebagai salah satu mata pelajaran yang
baik untuk menyebarkan, mengenalkan, menanamkan dan mendalami nilai-nilai
religius, terutama mereka yang beragama Islam.
B. Saran
penulis sadari masih banyak
kekurangan, Oleh sebab
itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas perkuliahan ini.
[1] Muhammad
Rabbi Muhammad Jauhari,Akhaquna,terjemahan. Dadang Sobar Ali, (Bandung:
Pustaka Setia,2006)., h. 88
[2] Abdurrahman
An-Nahlawi, Ushulut Tarbiyah Islamiyah Wa Asalibiha fii Baiti wal
Madrasati wal Mujtama’ Penerjemah. Shihabuddin, (Jakart: Gema Insani
Press:1996)., h.205,
[3] Departemen
Agama RI, Al-Quran dan terjemah dan Penjelasan Ayat Ahkam,(Jakarta:
Pena Pundi Aksara,2006., h. 272
[4] Abdul Aziz Abdul
Majid,AlQissah fi al-tarbiyah, penerjemah. Neneng Yanti Kh. Dan Iip
Dzulkifli Yahya, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,2001), h.4. bandingkan dengan
Jaudah Muhammad Awwad,Mnhajul Islam Tarbiyatil Athfal,penerjemah
Shihabbuddin, (Jakarta: Gema Insani Press,2001)., h.46-47