Sabtu, 02 November 2013

urgensi pembelajaran akhlak

BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Di era globalisasi sekarang, dunia semakin sempit. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat yang menimbulkan berbagai dampak dalam seluruh bidang kehidupan manusia. Baik dampak yang bernilai positif maupun negatif. Dalam hal ini pendidikan mempunyai peranan dalam membangun bangsa ke depan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan hidup yang merata.
  Dalam menghadapi kemajuan tersebut secepatnya bangsa Indonesia harus meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan tidak perlu menunda-nunda lagi. Karena dengan SDM yang berkualitas bangsa Indonesia akan mampu mengikuti kemajuan tersebut. SDM yang berkualitas adalah berkembangnya manusia secara menyeluruh. Manusia yang berkualitas adalah manusia yang berkembang optimal baik secara fisik, kognitif, emosi, sosial maupun spiritual.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa manfaat mempelajari akhidah akhlak ?
2.      Apakah urgensi pembelajaran akhlak ?
3.      Metode apa  saja kah ketika mempelajari akhidah akhlak?

C.     Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui urgensi pembelajaran akhlak”
2.      Sebagai nilai tambah mata kuliah.





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Ruang Lingkup dan manfaat pembelajaran akhlak
Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim mashdar (bentuk infinitive), akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan (wazan) t’sulasimajidaf’’ala, yuf’ilu, if’alan yang berarti al-sajiyah (perangai)b, ath-thabi’ah (kelakuan, tabiat, watak daasar), al-‘adat (kebiasaan, kelaziman), al-sin (agama).
Linguistic akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang sudah demikian adanya. Kata akhlak adalah jamak dari kata khilqun atau khuluqun yang artinya sama dengan arti akhlak sebagaimana telah disebutkan diatas. Baik kata akhlaq atau khulqun kedua-duanya dijumpai pemakaiannya baik dalam al-quran mau pun dalam hadist, sebagaiberikut :
“ Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (Q.S.Al-Qalam, 68:4)
(Agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan yang dahulu (Q.S.Al-Asyura, 26:137)
Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang sempurna budipekertinya (H.R.Tirmidzi)
Dengan demikian merujuk kepada ayat diatas kata akhlak atauk hulqun secara kebahasan berarti budi pekerti, adat kebisaan, atau perangai muru’ah atau segala sesuatu yang sudah menjaditabiat.
Keseluruhan definisi akhlak tersebut diatas tampak tidak ada yang bertentangan, melainkan memiliki kemiripan. Definisi-definisi akhlak tersebut secara substansi saling tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapatmelihat lima ciri yang terdapatdalamperbuatanakhlak, yaitu :
Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuatdalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakuakan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan oleh orang yang sehat akal pikirannya. Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbutaan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. Kelima, sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji atau karena ingin mendapatkan sesuatu pujian.

Pokok-pokok masalah yang dibahas dalam ilmua khlak pada intinya adalah perbuatan manusia. Perbuatan tersebut selanjutnya ditentukan kriterianya apakah baik atau buruk. Dalam hubungan ini Ahmad Amin mengatakansebagaiberikut :
Bahwa objek ilmu akhlak adalah membahas perbuatanmanusia yang selanjutnya perbuatan tersebut ditentukan baik atau buruk.
Seseorang yang memmpelajari ilmu ini akan memiliki pengetahuan tentang criteria perbuatan baik dan buruk, dan selanjutnya ia akan banyak mengetahui perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk.
Ilmua akhlak atau akhlak yang mulia juga berguna dalam mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia disegala bidang. Seseorang yang memiliki IPTEK yang maju di sertai akhlak yang mulia, niscaya ilmu pengetahuaan yang Ia miliki itu akan di manfaatkan sebaik-baiknya untuk kebaikan hidup manusia. Sebaliknya, orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi modern, memiliki pangkat, harta, kekuasaan, namun tidak disertai dengan akhlak yang mulia, maka semuanya itu akan disalah gunakan yang akibatnya akan menimbulkan bencana di muka bumi.





Demikian juga dengan mengetahui akhlak yang buruk serta bahaya-bahaya yang akan ditimbulkan darinya, menyebabkan orang enggan untuk melakukannya dan berusaha menjauhinya. Orang yang demikian pada akhirnya akan terhindar dari berbagai perbuatan yang dapat membahyakan dirinya.

Ilmu Akhlak bertujuan untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Terhadap perbuatan yang baik ia beruasaha melakukannya, dan terhadap yang buruk ia berusaha untuk menghindarinya.
B.     Urgensi Pembelajaran Akhlak
salah satu misi pendidikan nasional adalah meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, , sikap dan nilai berdasarkan standar yang bersifat nasional dan global.
Mata pelajaran Aqidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran yang terbentuk dari manifestasi pembangunan batiniah yang berhubungan dengan moral, akhidah maupun ibadah. Mata pelajaran ini dipandang sebagai salah satu mata pelajaran yang baik untuk menyebarkan, mengenalkan, menanamkan dan mendalami nilai-nilai religius, terutama mereka yang beragama Islam.

Oleh sebab itu fungsi dari lembaga pendidikan adalah mencetak siswa – siswi yang mempunyai akhlakul karimah sesuai dengan misi pendidikan nasional. Dengan ditunjang materi aqidah akhlak yang mengandung nilai – nilai aqidah dan akhlak sehingga bisa memajukan pendidkan indonesia, Karena pada saat ini kemerosotan moral bangsa indonesia dan tingkat korupsi yang semakin tinggi itu disebabkan karena akhlak bangsa indonesia dari hari kehari semakin merosot.
Arah pembangunan nasional Indonesia adalah merupakan pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan tersebut tidak hanya terfokus pada pembangunan yang bersifat fisik saja, tetapi yang tidak boleh dilupakan adalah juga pembangunan psikologis manusianya.
didalam mata pelajaran aqidah akhlak terdapat beberapa muatan tentang aklak, yaitu tentang membiasakan berperilaku dengan sifat –sifat terpuji, membiasakan menghindari sifat – sifat tercela dan bagaimana cara bertatakarama yang baik.[1]
pembelajaran aqidah akhlak mempunyai peranan penting dalam mewujudkan perilaku anak didik dalam bergaul disekolah maupun dilingkungan masyarakat. Salah satu contoh bagai mana sikap seorang siswa kepada bapak/ibu guru ketika berpapasan dijalan, pasti ketika siswa sudah diajari dengan sifat – sifat terpuji kepada seorang guru pasti siswa akan mempraktikan apa yang ia dapat dari pelajaran aqidah akhlak tersebut, tetapi anak didik yang tidak dibekali dengan akhlak-akhlak terpuji kepada seorang guru maka ia tidak akan mengetahui bagaimana cara menghormati seorang guru.
C.     Metode Pembelajaran Akhlak
akhlak bersumber dari dalam diri anak dan dapat juga berasal dari lingkungannya. Secara umum akhlak bersumber dari dua hal tersebut dapat berbentuk akhlak baik dan akhlak buruk, tergantung pembiasaannya, kalau anak membiasakan perilaku buruk, maka akan menjadi akhlak buruk bagi dirinya, sebaliknya anak membiasakan perbuatan baik, maka akan menjadi akhlak baik bagi dirinya.
Penjelasan tersebut mengindikasikan bahwa akhlak dapat dipelajari dan diinternalisasikan dalam diri seseorang melalui pendidikan, di antaranya dengan metode pembiasaan. Dengan adanya kemungkinan diinternalisasikan nilai-nilai akhlak ke diri anak, memungkinkan pendidik melakukan pembinaan akhlak.
Jenis Metode Mendidik Akhlak
Abdurrahman an-Nahlawi mengatakan metode pendidikan Islam sangat efektif dalam membina akhlak anak didik, bahkan tidak sekedar itu metode pendidikan Islam memberikan motivasi sehingga memungkinkan umat Islam mampu menerima petunjuk Allah. Menurut Abdurrahman an-Nahlawi metode pendidikan Islam adalah metode dialog, metode kisah Qurani dan Nabawi, metode perumpaan Qurani dan Nabawi, metode keteladanan, metode aplikasi dan pengamalan, metode ibrah dan nasihat serta metode targhib dan tarhib.Dari kutipan tersebut tergambar bahwa Islam mempunyai metode tepat untuk membentuk anak didik berakhlak mulia sesuai dengan ajaran Islam. dengan metode tersebut memungkinkan umat Islam/masyarakat Islam mengaplikasikannya dalam dunia pendidikan. Dengan demikian diharapkan akan mampu memberi kontribusi besar terhadap perbaikan akhlak anak didik, untuk memperjelas metode-metode tersebut akan di bahas sebagai berikut:
1.      Metode Dialog
Metode dialog adalah metode menggunakan tanya jawab, apakah pembiacaaan antara dua orang atau lebih, dalam pembicaraan tersebut mempunyai tujuan dan topik pembicaraan tertentu. Metode dialog berusaha menghubungakan pemikiran seseorang dengan orang lain, serta mempunyai manfaat bagi pelaku dan pendengarnya.[2] Uraian tersebut memberi makna bahwa dialog dilakukan oleh seseorang dengan orang lain, baik mendengar langsung atau melalui bacaan.
2.      Metode kisah dan Perumpamaan Qurani-Nabawi
Dalam al-Quran banyak ditemui kisah menceritakan kejadian masa lalu, kisah mempunyai daya tarik tersendiri yang tujuannnya mendidik akhlak, kisah-kisah para Nabi dan Rasul sebagai pelajaran berharga. Termasuk kisah umat yang inkar kepada Allah beserta akibatnya, kisah tentang orang taat dan balasan yang diterimanya. Seperti cerita Habil dan Qobil,“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia Berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah Hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa. Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, Aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya Aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sesungguhnya Aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, Maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim. Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, Maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi.[3]
Metode mendidik akhlak melalui kisah akan memberi kesempatan bagi anak untuk berfikir, merasakan, merenungi kisah tersebut, sehingga seolah ia ikut berperan dalam kisah tersebut. Adanya keterkaitan emosi anak terhadap kisah akan memberi peluang bagi anak untuk meniru tokoh-tokoh berakhlak baik, dan berusaha meninggalkan perilaku tokoh-tokoh berakhlak buruk.
Cerita mengusung dua unsur negatif dan unsur positif, adanya dua unsur tersebut akan memberi warna dalam diri anak jika tidak ada filter dari para orang tua dan pendidik. Metode mendidik akhlak melalui cerita/kisah berperan dalam pembentukan akhlak, moral dan akal anak. [4]Dari kutipan tersebut dapat diambil pemahaman bahwa cerita/kisah dapat menjadi metode yang baik dalam rangka membentuk akhlak dan kepribadian anak.
3. Metode Ibrah dan Mauizah
Dalam tafsir al-Manar sebagai dikutip oleh Abdurrahman An-Nahlawi dinyatakan bahwa nasihat mempunyai beberapa bentuk dan konsep penting yaitu, pemberian nasehat berupa penjelasan mengenai kebenaran dan kepentingan sesuatu dengan tujuan orang diberi nasehat akan menjauhi maksiat, pemberi nasehat hendaknya menguraikan nasehat yang dapat menggugah perasaan afeksi dan emosi, seperti peringatan melalui kematian, peringatan melalui sakit, dan peringatan melalui hari perhitungan amal. Kemudian dampak yang diharapkan dari metode mauizah adalah untuk membangkitkan perasaan ketuhanan dalam jiwa anak didik, membangkitkan keteguhan untuk senantiasa berpegang kepada pemikiran ketuhanan, perpegang kepada jamaah beriman, terpenting adalah terciptanya pribadi bersih dan suci.
Dalam al-Quran menganjurkan kepada manusia untuk mendidik dengan hikmah dan pelajaran yang baik.“ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.


Dari ayat tersebut dapat diambil pokok pemikiran bahwa dalam memberi nasehat hendaknya dengan baik, kalau pun mereka membantahya maka bantahlah dengan baik. Sehingga nasehat akan diterima dengan rela tanpa ada unsur terpaksa. Metode mendidik akhlak anak melalui nasehat sangat membantu terutama dalam penyampaian materi akhlak mulia kepada anak, sebab tidak semua anak mengetahui dan mendapatkan konsep akhlak yang benar.
Nasehat menempati kedudukan tinggi dalam agama karena agama adalah nasehat, hal ini diungkapkan oleh Nabi Muhammad sampai tiga kali ketika memberi pelajaran kepada para sahabatnya. Di samping itu pendidik hendaknya memperhatikan cara-cara menyampaikan dan memberikan nasehat, memberikan nasehat hendaknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Pendidik hendaknya selalu sabar dalam menyampaikan nasehat dan tidak merasa bosan/putus asa.
4.      Metode Pembiasaan dengan Akhlak Terpuji (metode aplikasi dan pengamalan)
Manusia dilahirkan dalam keadaan suci dan bersih, dalam keadaan seperti ini manusia akan mudah menerima kebaikan atau keburukan. Karena pada dasarnya manusia mempunyai potensi untuk menerima kebaikan atau keburukan. Hal ini dijelaskan Allah, sebagai berikut:” Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
Ayat tersebut mengindikasikan bahwa manusia mempunyai kesempatan sama untuk membentuk akhlaknya, apakah dengan pembiasaan yang baik atau dengan pembiasaan yang buruk. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembiasaan dalam membentuk akhlak mulia sangat terbuka luas, dan merupakan metode yang tepat. Pembiasaan yang dilakukan sejak dini/sejak kecil akan membawa kegemaran dan kebiasaan tersebut menjadi semacam adat kebiasaan sehingga menjadi bagian tidak terpisahkan dari kepribadiannya. Al-Ghazali mengatakan:
” Anak adalah amanah orang tuanya. Hatinya yang bersih adalah permata berharga nan murni, yang kosong dari setiap tulisan dan gambar. Hati itu siap menerima setiap tulisan dan cenderung pada setiap yang ia inginkan. Oleh karena itu, jika dibiasakan mengerjakan yang baik, lalu tumbuh di atas kebaikan itu maka bahagialah ia di dunia dan akhirat, orang tuanya pun mendapat pahala bersama.”
Kutipan di atas makin memperjelas kedudukan metode pembiasaan bagi perbaikan dan pembentuakan akhlak melalui pembiasaan, dengan demikian pembiasaan yang dilakukan sejak dini akan berdampak besar terhadap kepribadian/akhlak anak ketiak mereka telah dewasa. Sebab pembiasan yang telah dilakukan sejak kecil akan melekat kuat di ingatan dan menjadi kebiasaan yang tidak dapat dirubah dengan mudah. Dengan demikian metode pembiasaan sangat baik dalam rangka mendidik akhlak anak.
5.      Metode Keteladanan
Muhammad bin Muhammad al-Hamd mengatakan pendidik itu benar di mata anak didiknya, apa yang dilihat dari gurunya akan ditirunya, karena murid akan meniru dan meneladani apa yang dilihat dari gurunya. Dengan memperhatikan kutipan di atas dapat dipahami bahwa keteladanan mempunyai arti penting dalam mendidik akhlak anak. Keteladanan menjad titik sentral dalam mendidik dan membina akhlak anak didik; kalau pendidik berakhlak baik ada kemungkinan anak didiknya juga berakhlak baik, karena murid meniru gurunya, sebaliknya kalau guru berakhlak buruk ada kemungkinan anak didiknya juga berakhlak buruk.
Dengan demikian keteladanan menjadi penting dalam pendidikan akhlak, keteladanan akan menjadi metode ampuh dalam membina akhlak anak. Mengenai hebatnya keteladanan, Allah mengutus Rasul untuk menjadi teladan yang paling baik, Muhammad adalah teladan tertinggi sebagai panutan dalam rangka pembinaan akhlak mulai,” Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.


6.      Metode Targhib dan Tarhib
Targhib adalah janji yang disertai bujukan dan rayuan untuk menunda kemaslahatan, kelezatan, dan kenikmatan. Sedangkan tarhib adalah ancaman, intimidasi melalui hukuman. metode pendidikan akhlak dapat berupa janji/pahala/hadiah dan dapat juga berupa hukuman. Muhammad Rabbi Muhammad Jauhari menyatakan metode pemberian hadiah dan hukuman sangat efektif dalam mendidik akhlak terpuji.
Anak berakhlak baik, atau melakukan kesalehan akan mendapatkan pahala/ganjaran atau semacam hadian dari gurunya, sedangkan siswa yang melanggar peraturan/berakhlak jelek akan mendapatkan hukuman setimpal dengan pelanggaran yang dilakukannya. Dalam al-Quran dinyatakan orang berbuat baik akan mendapatkan pahala, mendapatkan kehidupan yang baik. ”Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”

Berdasarkan ayat di atas dapat diambil konsep metode pendidikan yaitu metode pemberian hadiah bagi siswa berprestasi atau berakhlak mulia. Dengan adanya hadiah akan memberi motivasi siswa untuk terus meningkatkan atau paling tidak mempertahankan kebaikan akhlak yang telah dimiliki. Di lain pihak, temannya yang melihat pemberian hadiah akan termotivasi untuk memperbaiki akhlaknya dengan harapan suatu saat akan mendapatkan kesempatan memperoleh hadiah. Hadiah diberikan berupa materi, doa, pujian atau yang lainnya.
Muhammad Jamil Zainu mengatakan,”Seorang guru yang baik, harus memuji muridnya. Jika ia melihat ada kebaikan pada muridnya, maka jangan segan-segan untuk memujinya dengan mengatakan: “bagus”, “semoga Allah memberkatimu”, atau dengan ungkapan “engkau murid yang baik’’.




Sanksi dalam pendidikan mempunyai arti penting, pendidikan yang terlalu lunak akan membentuk anak kurang disiplin dan tidak mempunyai keteguhan hati. Sanksi tersebut dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut, dengan teguran, kemudian diasingkan, dan terakhir dipukul dalam arti tidak untuk menyakiti tetapi untuk mendidik. Kemudian dalam menerapkan sanksi fisik hendaknya dihindari kalau tidak memungkinkan, hindari memukul wajah, memukul sekedarnya saja dengan tujuan mendidik, bukan balas dendam. Alternatif lain yang mungkin dapat dilakukan adalah:
  1. memberi nasehat dan petunjuk.
  2. Ekspresi cemberut.
  3. Pembentakan.
  4. Tidak menghiraukan murid.
  5. Pencelaan disesuaikan dengan tempat dan waktu yang sesuai.
  6. Jongkok.
  7. Memberi pekerjaan rumah/tugas.
  8. Menggantungkan cambuk sebagai simbol.
  9. Dan alternatif terakhir adalah pukulan ringan.

Dalam memberi sanksi hendaknya dengan cara bertahap, dalam arti diusahakan, dengan tahapan paling ringan. Di antara tahapan ancaman dalam al-Quran adalah diancam dengan tidak diridhoi oleh Allah, diancam dengan murka Allah secara nyata, diancam dengan diperangi oleh Allah dan Rasul-Nya, diancam dengan sanksi akhirat, diancam dengan sanksi dunia.dalam melaksanakan hukuman dituntut berdasarkan tahapan-tahapan, sehingga ada rasa keadilan dan proses sesuai prosedur hukuman.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
salah satu misi pendidikan nasional adalah meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, , sikap dan nilai berdasarkan standar yang bersifat nasional dan global.
Mata pelajaran Aqidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran yang terbentuk dari manifestasi pembangunan batiniah yang berhubungan dengan moral, akhidah maupun ibadah. Mata pelajaran ini dipandang sebagai salah satu mata pelajaran yang baik untuk menyebarkan, mengenalkan, menanamkan dan mendalami nilai-nilai religius, terutama mereka yang beragama Islam.
B.     Saran
penulis sadari masih banyak kekurangan, Oleh sebab itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas perkuliahan ini.





[1] Muhammad Rabbi Muhammad Jauhari,Akhaquna,terjemahan. Dadang Sobar Ali, (Bandung: Pustaka Setia,2006)., h. 88

[2] Abdurrahman An-Nahlawi, Ushulut Tarbiyah Islamiyah Wa Asalibiha fii Baiti wal Madrasati wal Mujtama’ Penerjemah. Shihabuddin, (Jakart: Gema Insani Press:1996)., h.205,

[3] Departemen Agama RI, Al-Quran dan terjemah dan Penjelasan Ayat Ahkam,(Jakarta: Pena Pundi Aksara,2006., h. 272

[4] Abdul Aziz Abdul Majid,AlQissah fi al-tarbiyah, penerjemah. Neneng Yanti Kh. Dan Iip Dzulkifli Yahya, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,2001), h.4. bandingkan dengan Jaudah Muhammad Awwad,Mnhajul Islam Tarbiyatil Athfal,penerjemah Shihabbuddin, (Jakarta: Gema Insani Press,2001)., h.46-47

Selasa, 30 Juli 2013

Bagian para ahli waris itu berupa angka pecahan maka untuk menghitung berapa penerimaan masing-masing ahli waris dari harta peninggalan, ulama mawaris  membuat cara penghitungannya dengan memakai sistim Asal Masalah (اصل المسألة) atau KPT yaitu dengan mencari dahulu angka yang terkecil yang dapat dibagi habis oleh semua pecahan yang merupakan bagian para ahli waris. Sebagai contoh apabila ahli warisnya: seorang anak perempuan yang bagiannya 1/2, ibu bagiannya 1/6, isteri bagiannya 1/8, dan saudara sekandung yang bagiannya `asabah, maka Asal Masalahnya adalah 24, karena angka 24 adalah angka yang terkecil yang dapat dibagi habis oleh 1/2, 1/6 dan 1/8. Setelah diketahui berapa asal masalahnya selanjutnya dicari berapa penerimaan masing-masing ahli waris dari asal masalah, dengan cara mengkalikan pecahan yang merupakan bagian ahli waris kepada asal masalah. Setelah itu kemudian dihitung berapa penerimaan masing-masing ahli waris dari harta peninggalan dengan cara mengkalikan bagian ahli waris dari asal masalah kepada jumlah harta peninggalan kemudian dibagi oleh asaI masalah. Atau bisa juga dicari dahulu nilai 1 bagian dari harta peninggalan, dengan cara harta peninggalan dibagi oleh asal masalah, maka ketemulah nilai 1 bagian.

Bagian ahli waris ada disini

Contoh cara menghitung

Ahli Waris      
Bagian-nya
Dari Asal Masalah 24 penerimaannya
Dari Harta Peninggalan
 $ 720.000 penerimaannya
1. Seorang Anak prp
1/2
1/2 x 24 = 12
12 x $720.000 : 24= $360.000
2. Ibu
1/6
1/6 x 24 =   4
  4 x $720.000 : 24=  $120.000
3. Isteri
1/8
1/8 x 24 =   3
  3 x $720.000 : 24=  $  90.000
4. Seorang sdr. skdg
'asabah
24 – 19  =   5 +
  5 x $720.000 : 24= $150.000 +


                   24
                                  $720.000

Penyelesaian di atas menurut Sunni

Perhitungan di atas bisa juga diselesaikan dengan cara mencari dahulu nilai 1 bagian, maka penyelesaiannnya sebagai berikut :


Ahli Waris      
Bagiannya
Dari Asal Masalah 24 penerimaannya
Dari Harta Peninggalan
 $ 720.000 penerimaannya


Nilai 1 bagian = $720.000 : 24 = $ 30.000
1. Seorang Anak prp
1/2
1/2 x 24 = 12
12 x $30.000 =  $360.000
2. Ibu
1/6
1/6 x 24 =   4
  4 x $30.000 =  $120.000
3. Isteri
1/8
1/8 x 24 =   3
  3 x $30.000 =  $  90.000
4.Seorang sdr. skdg
'asabah
24 – 19  =   5 +
  5 x $20.000 = $150.000 +


                   24
                         $720.000

Contoh penyelesaian menurut Sunni, Syi'i, dan Hazairin

Ahli warisnya: Seorang anak perempuan, seorang cucu perempuan dari anak laki-laki, ibu, paman sekandung. Harta peninggalannya senilai Rp. 60.000.000,-

Menurut Sunni:
Ahli Waris      
Bagian-nya
Dari Asal Masalah 6 penerimaannya
Dari Harta Peninggalan
 $ 720.000 penerimaannya
1. Seorang Anak prp
1/2
1/2 x 6 = 3
3 x Rp. 60.000.000 : 6= 30.000.000
2. Seorang cucu prp dari anak lk-lk
1/6
1/6 x 6 = 1
1 x Rp. 60.000.000 : 6= 10.000.000
3. Ibu
1/6
1/6 x 6 = 1
1 x Rp. 60.000.000 : 6= 10.000.000
4. Seorang Paman sekandung
'asabah
6 – 5   =   1 +
1 x Rp. 60.000.000 : 6=10.000.000
+


                6
                                Rp. 60.000.000

Menurut Syi'ah
Ahli Waris      
Bagian-nya
Dari Asal Masalah 6 penerimaannya
Dari Harta Peninggalan
 $ 720.000 penerimaannya
1.Seorang Anak prp
1/2
1/2 x 6 = 3
3 x Rp. 60.000.000 : 4= 45.000.000
2.Seorang cucu prp dari anak lk-lk
Mahjub
-
-
3. Ibu
1/6
1/6 x 6 = 1
1 x Rp. 60.000.000 : 4=15.000.000 +
4. Seorang Paman sekandung
Mahjub
-



                4
                                Rp. 60.000.000
Perhitungan di atas disebut radd, mengembalikan sisa kepada ahli waris yang berhak menerima radd. Oleh karena anak prp dn ibu berhak menerima radd, maka asal masalah semula 6 diturunkan menjadi 4.

Menurut Hazairin

Ahli Waris      
Bagian-nya
Dari Asal Masalah 6 penerimaannya
Dari Harta Peninggalan
 $ 720.000 penerimaannya
1. Seorang Anak prp
Zawul qarabah
(menda-pat sisa)
1 bagian dari sisa
1 x Rp. 50.000.000 : 3= 16.666.667
2. Seorang cucu prp dari anak laki-laki
2 bagian dari sisa
2 x Rp. 50.000.000 : 3= 33.333.333
3. Ibu
1/6
1/6 x 6 = 1
1 x Rp. 60.000.000 : 6= 10.000.000
4. Seorang Paman sekandung
mahjub
-



               
                              Rp. 60.000.000

Penjelasan:
-        Cucu perempuan dari anak laki-laki sebagai mawali dari anak laki-laki (ayahnya), ia mendapat bagian ahli aris yang digantikannya (anak laki-laki). Dengan demikian anak perempuan dan anak laki-laki sebagai zawul qarabah menerima sisa setekah diambilbagiannya ibu 1 bagian (Rp. 10.000.000), kemudian diabagi antara anak laki-laki dan anak perempuan dengan pembagian  untuk 1 anak laki-laki 2 bagian, dan untuk 1 anak perempuan 1 bagian.
-        Ibu  sebagai ahli waris dari kelompok keutamaan pertama sebagai zawul furud mendapat 1/6 bagian
-        Paman mahjub karena ia dari kelompok keutamaan keempat sebagai mawali bagi ayah.

Beberapa istilah yang perlu diketahui:
- Kasrun (كـثر) adalah bilangan pecahan, seperti 2/3, 1/3, 1/6, 1/8 dll.
- Bastun (بسط) yaitu angka yang atas dalam satu bilangan pecahan, angka 2 dalam pecahan 2/3
- Maqam (مقام) yaitu angka yang bawah dalam satu bilangan pecahan, angka 3 dalam pecahan 2/3.